A. Keragaman adalah Sunatullah
Kalian tentu pernah melihat orang-orang dari berbagai bangsa atau suku di dunia. Kalian melihatnya di TV, media sosial, atau bertatap muka secara langsung. Perbedaan di antara mereka tampak jelas dan nyata, misalnya postur tubuh, Bahasa, karakter, dan agamanya. Ada beberapa bangsa besar hidup di negeri kita, seperti Melayu, Arab, Cina, dan Eropa. Negeri kita dihuni oleh penduduk yang berasal dari suku yang memiliki ciri khas berupa : pakaian, Bahasa, makanan, adat, dan karakternya. Suku besar di Indonesia antara lain, Jawa, Sunda, Betawi, Dayak, Ambon, Bugis, dan Madura. Agama yang dianut oleh penduduk Indonesia juga beragam, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu. Mengapa Allah Swt ,emciptakan manusia dengan beraneka ragam ras dan karakter? Tujuannya agar saling mengenal sehingga terjalin hubungan harmonis, kerja sama, serta saling menghormati perbedaan.
B. Ajaran Kebaikan dalam Islam dan Selain Islam
Rasulullah saw bersabda :
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Artinya : “Kebaikan adalah akhlak mulia dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu ragu dan kamu tidak ingin orang lain melihat sesuatu itu (ada pada dirimu)”(H.R.Muslim dari Nawwas bin Samán al Ansari)
Tahukah kalian, apa yang dinamakan kebaikan dalam agama Islam? Rasulullah saw menegaskan bahwa kebaikan dalam Islam adalah akhlak mulia. Jawaban yang sangat singkat, namun mencakup semua kebaikan. Akhlak mulia meliputu akhlak kepada Allah Swt., akhlak kepada sesame manusia, dan akhlak kepada alam sekitar. Berperilaku baik adalah pokok ajaran Islam.
Islam mengajarkan tentang akhlak mulia dengan lengkap. Tata cara ibadah kepada Allah Swt seperti salat merupakan contoh akhlak mulia kepada Allah Swt. Anjuran bersikap lemah lembut kepada sesama adalah wujud akhlak mulia kepada orang lain. Larangan membunuh hewan atau mencabut tumbuhan tanpa alas an yang dibenarkan agama merupakan contoh akhlak kepada alam sekitar.
Mengapa kamu harus berbuat baik kepada orang yang berbeda agama? Sebab Allah Swt memerintahkan umatnya untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Menghormati dan menyayangi orang lain merupakan ajaran kebaikan yang dianjurkan oleh semua agama. Demikian juga perilaku tercela seperti mencuri, berbuat curang, dan segala perbuatan yang merugikan dilarang oleh semua agama. Kebaikan tidak hanya dikenal dalam ajaran Islam saja, tetapi juga diajarkan dalam agama-agama lain. Semua ajaran agama mengajarkan pemeluknya untuk saling menghormati, membantu yang lemah, berbuat baik kepada orang tua, bersikap lemah lembut, mencintai kedamaian. Agama lain juga melarang perbuatan yang merugikan sesama, seperti mencuri, berbohong, menipu, berkhianat, dan berbuat aniaya.
C. Saling Menghormati dan Menghargai Orang yang Berbeda Agama
1. Pengertian Toleransi dan Wujudnya
Islam mengajarkan untuk berteman dengan semua kalangan tanpa memperhatikan perbedaan di antara kalian. Perbedaan agama, suku, atau yang lain bukan penghalang untuk mewujudkan persaudaraan. Persaudaraan sesama muslim, persaudaraan sesama manusia, dan persaudaraan seluruh bangsa. Sebab, keragaman adalah keniscayaan(sunatullah) dan anugerah yang harus disyukuri sekaligus menjadi kekuatan untuk maju Bersama. Sikap terbaik dalam keragaman dan perbedaan adalah saling menghargai dan menghormati yang dikenal dengan toleransi. Toleransi diwujudkan dengan :
a. memberikan kebebasan kepada orang lain’
b. mengakui hak setiap imdividu
c. menghormati keyakinan orang lain
d. saling mengerti
2. Toleransi dan Batasannya
Saling menghormati atau toleransi antarumat beragama ada batasnya. Toleransi jangan sampai mengorbankan prinsip-prinsip keyakinan (akidah) agama. Dikisahkan suatu hari kaum musyrik Mekah menawarkan cara damai kepada Nabi Muhammad saw. Mereka usul agar Nabi Muhammad saw. bersama umatnya mengikuti keyakinan mereka dan mereka pun akan mengikuti keyakinan umat Islam. “Kami menyembah Tuhanmu hai Muhammad, setahun. Dan kamu menyembah tuhan kami setahun. Kalau agamamu benar, kami memdapat keuntungan karena kami juga menyembah Tuhanmu dan jika agama kami yang benar, kamu juga memperoleh keuntungan.”
Rasulullah saw menolak usul orang musyrik, karena tidak mungkin dan tidak masuk akal bila terjadi penyatuan agama. Tidak mungkin pula perbedaan-perbedaan di antara beberapa agama disatukan dalam hati seseorang yang ikhlas terhadap agamanya. Peristiwa ini yang menjadi asbabun nuzul (sebab turunnya) Q.S. Al-Kafirun/109:
Artinya :
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١
1. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣
3. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.
وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤
4. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥
5. Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ ٦
6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”
Q.S. Al-Kafirun/109 : 1-6 merupakan penegasan bahwa tidak ada kompromi dalam hal akidah (keimanan). Juga tidak boleh ada kerja sama yang mencampurbaurkan dua akidah dan ibadah yang berbeda.